Senin, 22 Agustus 2022

Sabar itu pada awal musibah


Dari Anas bin Malik , beliau berkata,

Sabar dalam menghadapi takdir yang terasa pahit

Ingatlah bahwa takdir Allah itu ada dua macam, ada yang menyenangkan dan ada yang terasa pahit. Untuk takdir Allah yang menyenangkan, maka seseorang hendaknya bersyukur. Dan syukur termasuk dalam melakukan ketaatan sehingga butuh juga pada kesabaran dan hal ini termasuk dalam sabar bentuk pertama di atas. Sedangkan takdir Allah yang terasa pahit misalnya seseorang mendapat musibah pada badannya, kehilangan harta, atau kehilangan salah seorang kerabat, maka ini semua butuh pada kesabaran dan pemaksaan diri. Dalam menghadapi hal semacam ini, hendaklah seseorang sabar dengan menahan dirinya jangan sampai menampakkan kegelisahan pada lisan, hati, atau anggota badan.

Sabar dalam menjauhi maksiat

Bentuknya adalah menahan diri dari perbuatan-perbuatan haram seperti berdusta, menipu dalam muamalah, makan harta dengan cara batil dengan riba dan semacamnya, berzina, minum minuman keras, mencuri, dan berbagai macam bentuk maksiat lainnya. Seseorang harus menahan diri dari hal-hal semacam ini sampai dia tidak lagi mengerjakannya. Ini tentu saja membutuhkan pemaksaan dan menahan diri dari hawa nafsu yang mencekam.

Sabar dalam ketaatan

Perlu diketahui bahwa ketaatan itu adalah berat dan menyulitkan bagi jiwa seseorang. Terkadang pula melakukan ketaatan itu berat bagi badan, merasa malas, dan lelah (capek). Allah  berfirman yang artinya,

Bersabar dalam Berdakwah

Bersabar
Sabar berarti al-habsu, menahan diri pada sesuatu dari sesuatu. Sedangkan sabar itu ada tiga macam: