Penjelasan Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah yang sudah kami kutip sebelumnya sudah mewakili dalam menjawab syubhat ini. Ringkasnya, hadits-hadits tentang adanya adzab kubur itu mutawatir(Hadits mutawatir adalah hadits shahih yang diriwayatkan dari banyak jalan sehingga tidak ada kemungkinan semua perawinya bersepakat untuk berdusta. Syarat suatu hadits dikatakan sebagai hadits mutawatir ada 4: 1. Diriwayatkan dari banyak jalan. Walaupun ulama khilaf tentang batasan “banyak” dalam kriteria ini. Sebagian ulama mengatakan 10 jalan, sebagian yang lain mengatakan 20 jalan, 30 jalan, 100 jalan, 200 jalan atau 300 jalan. 2. Banyaknya jalan tersebut terjadi di setiap thabaqah-nya 3. Mustahil terjadinya tawathu' 'ala kadzib (perawi bersepakat untuk berdusta dalam periwayatannya) 4. Sandaran penerimaan khabar adalah secara hissi (secara inderawi). (lihat Taisir Musthalah Hadits, Syaikh Mahmud Ath Thahhan, halaman 19 – 20)) bukan hadits ahad(Hadits ahad adalah hadits yang tidak memenuhi syarat untuk disebut sebagai hadits mutawatir. Dengan kata lain, hadits yang tidak mutawatir, maka ia hadits ahad. Menilik pada definisi hadits mutawatir, misalnya jika hadits mutawatir adalah yang diriwayatkan dari 10 jalan, maka hadits yang diriwayatkan dari 9 jalan tergolong dalam hadits ahad. Dan perlu diketahui bahwa hadits ahad berbeda dengan hadits gharib. Hadits gharib adalah hadits yang diriwayatkan dari satu jalan saja. Walaupun memang, hadits gharib termasuk dalam kategori hadits ahad juga.). Sampai-sampai Ibnu Qutaibah (Abu Muhammad Abdullah bin Abdil Majid bin Muslim bin Qutaibah Ad Dainuri. Ia adalah seorang ahli lughah (bahasa Arab) yang terkenal. Beliau belajar hadits dari Ishaq bin Rahawaih, Abu Ishaq Ibrahim Az Ziyadi, Abu Hatim As Sijistany. Ia banyak mengarang kitab yang bermanfaat diantaranya adalah kitab Gharibul Quran, Gharibul Hadits, Uyunul Akhbar, Musykilul Quran, Musykilul Hadits, Kitab I’rabil Qur'anal Ma’arif dan Adabul Katab. Diantara muridmuridnya adalah anaknya, Ja’far Ahmad al Faqih dan Ibnu Dusturaih Al Farisy. Wafat pada tahun 236H.) rahimahullah mengatakan: