Hukum Jual Beli ‘Inah
Mengenai hukum jual beli
‘inah, para fuqoha berbeda pendapat dikarenakan penggambaran jual beli tersebut
yang berbeda-beda. Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam Ahmad tidak
membolehkan jual beli tersebut. Sedangkan –sebagaimana dinukil dari Imam Asy
Syafi’i rahimahullah-, beliau membolehkannya karena beliau mungkin hanya
melihat dari zhohir akad, menganggap sudah terpenuhinya rukun dan tidak
memperhatikan adanya niat di balik itu. Namun yang tepat, jual beli ‘inah
dengan gambaran yang kami sebutkan di atas adalah jual beli yang diharamkan.
Di antara alasannya:
Pertama: Untuk menutup jalan pada transaksi riba.
Jika jual beli ini dibolehkan, itu sama saja membolehkan kita menukarkan uang
10 juta dengan 5 juta namun yang salah satunya tertunda. Ini sama saja riba.
Kedua: Larangan jual beli ‘inah disebutkan dalam
hadits,
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ
وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ
الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى
دِينِكُمْ
[1] HR. Abu Daud no. 3462. Lihat ‘Aunul Ma’bud, Muhammad
Syamsul Haq Al ‘Azhim Abadi Abuth Thoyyib, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, 9/242
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika Ilmunya bermanfaat, mohon untuk menyebar 1 kebaikan apa saja ke yang lain, direkomendasikan untuk bersedekah berapapun jumlahnya, semoga ke depan urusannya semakin dipermudah. Jika ingin berpartisipasi dalam amal jariah dengan menyebar kebaikan dan hal positif lainnya, atau mentraktir segelas kopi dapat mengirimkan Donasinya ke Rek BSI 7052259422 an S***** M******. Jazakallah Khairan Katsiraa