Para ulama berbeda pendapat apakah ruh orang-orang Mukmin dapat saling mengunjungi satu sama lain di alam kubur? Sebagian ulama mengatakan bahwa ruh orang Mukmin bisa mengunjungi ruh orang Mukmin yang lain. Di antara yang berpendapat demikian adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim rahimahumallah.
Mereka berdalil dengan hadits dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Ketika seorang Mukmin mendekati ajalnya, para malaikat rahmat datang menemuinya dengan membawa kain sutra berwarna putih. Mereka berkata: “Keluarlah engkau sebagai ruh yang diridhai dan menuju kepada rahmat Allah, dengan bau yang harum dan tidak dimurkai oleh Allah!”. Lalu ruh orang tersebut pun keluar dengan bau misik yang paling harum. Sampaisampai para malaikat berebut satu sama lain untuk mendapatkannya. Kemudian mereka membawanya sampai ke pintu langit. Lalu penduduk langit pun berkata: “Betapa harumnya ruh yang kalian bahwa ini dari bumi!”. Lalu para malaikat pun mendatangi ruh-ruh kaum mukminin yang lain. Ruhruh kaum Mukminin bergembira dengan kedatangan ruh tersebut, dengan kegembiraan yang melebihi kegembiraan ketika bertemu orang yang lama tidak bertemu”
“Lalu mereka bertanya kepada ruh yang baru datang: “Apa yang telah dilakukan oleh si Fulan? Apa yang telah dilakukan si Fulan?”. Sebagian ruh tersebut berkata: “Biarkanlah ia, karena ia baru terlepas dari kelelahan dunia”. Maka ruh yang baru datang tadi berkata: “Tidakkah si Fulan yang (kalian tanyakan) sudah bertemu dengan kalian?”. Sebagian yang lain menjawab: “Berarti ia telah dibawa ke tempat kembalinya yaitu neraka Hawiyah”. Adapun seorang kafir jika telah mendekati ajalnya, para malaikat adzab datang membawa kain kafan yang kasar. Malaikat berkata: “Keluarlah engkau dengan kemurkaan Allah dan dalam keadaan dimurkai Allah, menuju kepada siksa Allah 'azza wa jalla. Lalu ia keluar dalam keadaan bau bangkai yang paling busuk. Kemudian mereka membawanya hingga pintu bumi. Lalu para penduduk langit berkata: “Betapa busuknya bau ruh ini!”. Lalu para malaikat membawanya menemui ruh orang-orang kafir lainnya”(HR. An Nasa'i no.1832, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan An Nasa'i.).
Hadits ini menunjukkan adanya pertemuan antara ruh-ruh kaum Mukminin satu dengan lainnya. Bahkan mereka berbincang-bincang tentang keadaan orang-orang yang masih hidup.
Para ulama juga berdalil dengan hadits dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu yang lain. Dari Abu Hassan Al A'raj rahimahullah, ia berkata: “Aku berkata kepada Abu Hurairah radhiallahu'anhu: dua anakku baru meninggal. Dapatkah anda sampaikan hadits dari Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam yang dapat menghibur hati kami ketika kehilangan keluarga kami? Abu Hurairah menjawab: Baiklah, beliau Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda: “Anak-anak kecil kaum Mukminin yang wafat mereka akan menjadi anak-anak kecil di surga. Salah seorang dari mereka akan bertemu dengan ayahnya atau dengan kedua orang tuanya, kemudian ia memegang baju atau tangan orang tuanya sebagaimana aku (Rasulullah) memegang pinggiran bajumu ini (wahai Abu Hurairah). Tidak akan terlepas hingga Allah memasukkannya beserta orang tuanya ke dalam surga”(HR. Muslim no.2635).
Hadits ini menunjukkan bahwa ruh anak-anak kecil dari kaum Mukminin akan bertemu dengan ruh orang tuanya sebelum mereka masuk ke surga. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Mengenai pertanyaan “apakah ruh seorang Mukmin akan bertemu dengan ruh-ruh dari kelurganya dan kerabatnya?”. Jawabannya, dalam hadits dari Abu Ayyub Al Anshari dan selainnya dari para salaf, juga dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hatim dalam Ash Shahih, dari Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam beliau bersabda:
“Seorang mayit ketika ruhnya dibawa ke atas, ia akan bertemu dengan ruhruh yang lain. Ruh-ruh tersebut pun bertanya tentang keadaan orang-orang yang masih hidup. Sebagian ruh tadi berkata: “biarkan dia istirahat terlebih dahulu!”. Yang lain lalu bertanya lagi: “apa yang dilakukan si Fulan”. Ruh yang baru datang menjawab: “Oh, si Fulan mengamalkan amalan shalih”. Yang lain lalu bertanya lagi: “apa yang dilakukan si Fulan”. Ruh yang baru datang menjawab: “Bukankah si Fulan telah datang kepada kalian?”. Para ruh menjawab: “Tidak pernah”. Yang lain lagi berkata: “Berarti ia telah dibawa ke neraka Hawiyah”(Majmu Al Fatawa, 24/368).
Demikian juga, Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah menjelaskan hal yang senada. Beliau mengatakan: “Arwah itu ada dua macam: pertama, arwah yang diadzab, kedua, arwah yang mendapatkan nikmat. Adapun arwah yang diadzab maka adzab yang mereka dapatkan membuat mereka tidak mungkin untuk saling mengunjungi dan saling bertemu. Adapun arwah yang mendapatkan nikmat, mereka dibebaskan dan tidak dikekang sama sekali. Sehingga mereka saling dapat bertemu dan berkunjung satu sama lain. Dan mereka saling bertukar cerita tentang apa yang mereka dapati di dunia dan tentang keadaan orang-orang di dunia.
Sehingga setiap ruh ketika itu akan bersama dengan para rafiq-nya (temannya) yang dahulu mereka mengamalkan amalan yang sama. Adapun ruh Nabi kita Shallallahu'alaihi Wasallam ada di ar-Rafiqul A'la. Allah ta'ala berfirman: “Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”(QS. An Nisa: 69).
Kebersamaan orang-orang serupa amalannya ini terjadi di dunia, di alam barzakh dan di akhirat. Seseorang akan bersama yang ia cintai di tiga alam ini. ... dan Allah ta'ala juga berfirman: “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku”(QS. Al Fajr: 27 - 30).
Maksudnya, masuklah ke dalam golongan mereka (orang-orang yang diridhai) dan jadilah bersama mereka. Dan ini dikatakan kepada ruh ketika ia mati. Dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengabarkan tentang keadaan para syuhada, “Mereka hidup di sisi Rabb mereka, dan mereka diberi rezeki (oleh Allah)”(QS. Ali Imran: 169).
Allah ta'ala juga berfirman tentang mereka: “Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan bergirang hati terhadap orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka”(QS. Ali Imran: 170).
Allah ta'ala juga berfirman tentang mereka: “Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia dari Allah”(QS. Ali Imran: 171).
Ayat-ayat ini adalah dalil bahwa mereka saling bertemu satu sama lain, dari tiga sisi pandang:
Pertama, mereka berada di sisi Rabb mereka, dalam keadaan diberi rezeki. Jika mereka dalam keadaan demikian dan hidup, artinya mereka saling bertemu satu sama lain.
Kedua: mereka bergembira dengan saudara-saudara mereka yang menyusul mereka dan bertemu dengan mereka.
Ketiga: lafadz “yastabsyirun” secara bahasa Arab memberikan makna bahwa mereka saling memberi kabar gembira satu sama lain. Maknanya sama dengan fi'il “yatabasyarun”(Ar Ruh, karya Ibnu Qayyim Al Jauziyah, halaman 17 - 18).
Sumber : Pdf Alam Kubur itu benar adanya (Fawaid KangAswad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jika Ilmunya bermanfaat, mohon untuk menyebar 1 kebaikan apa saja ke yang lain, direkomendasikan untuk bersedekah berapapun jumlahnya, semoga ke depan urusannya semakin dipermudah. Jika ingin berpartisipasi dalam amal jariah dengan menyebar kebaikan dan hal positif lainnya, atau mentraktir segelas kopi dapat mengirimkan Donasinya ke Rek BSI 7052259422 an S***** M******. Jazakallah Khairan Katsiraa